Ijtima Tongi (Bangladesh) 2012

Doa penutup, akhir munajat, yang dipanjatkan oleh Maulana Zubairul Hasan dari India, mengakhiri pelaksanaan tiga hari pertemuan umat Islam se dunia (13- 15 Januari 2012) yang diselenggarakan di atas lahan seluas 150 hektar di tepi sungai Turag, di kawasan Tongi dekat ibukota Bangladesh, Dhaka.

Sebelumnya, Maulana Muhammad Saad Kandahlawi juga dari India berkenan menyampaikan ceramah penutup, akhir bayan. Pertemuan itu sendiri ini dibuka pada tanggal 13 Januari 2012 lalu oleh Haji Abdul Wahab dari Pakistan.

Kerumunan jamaah dalam Ijtima di Bangladesh ( gambar http://news2d.com/)

Pertemuan (ijtima) dunia yang lebih dikenal dengan nama Ijtima Bishwa  merupakan ijtima yang ke-48, pertama kali ijtima ini diselenggarakan pada tahun 1966.

Untuk tahun ini pertemuan dilaksanakan dalam dua tahap. Pertemuan di atas adalah pertemuan tahap pertama. Tahap kedua akan dilaksanakan pada tahap 20-22 Januari 2012. Pertemuan ini dibagi menjadi dua tahap karena arena yang ada sudah tidak lagi mampu menampung jumlah jamaah yang datang dalam pertemuan tahunan tersebut.

Tenda yang digunakan oleh para jamaah (gambar : http://news2d.com/)

Para jamaah khusyu mendengarkan nasehat agama di bawah tenda (gambar : http://news2d.com/)

Jumlah jamaah yang hadir pada pertemuan serupa tahun 2010 lalu berjumlah tak kurang dari 5 juta peserta. Pada tahun 2011 sekitar 5,5 juta jiwa. Tahun ini diperkirakan lebih dari itu. Pertemuan ini sering disebut sebagai pertemuan terbesar kaum muslimin sedunia setelah ibadah haji di Mekkah. Panjang satu shaf rakaat shalatnya saja bisa lebih dari 1,5 km.

Para jamaah sedang menunaikan shlat (gambar : http://news2d.com/)

Lebih dari 17.000 orang jamaah luar negeri lebih dari 100 negara di dunia ini hadir dalam ijtima ini. Para ahli syura dan penanggung jawab Tabligh dari berbagai negara, termasuk Indonesia, hadir dalam ijtima ini. Mereka bermuzakarah & bermusyawarah untuk terus memajukan usaha dakwah ini, termasuk di dalamnya juga membahas berbagai permasalahan yang muncul di masing-masing negara.

Dari dalam negeri sendiri, hampir semua tokoh-tokoh penting negara tersebut selalu menyempatkan diri untuk hadir dalam ijtima ini, termasuk di antaranya presiden dan perdana menteri Bangladesh.

Untuk membantu mengantur kelancaran dan keamanan jalannya ijtima, pemerintah Bangladesh mengerahkan tenaga keamanan sekitar 22.000 personil.

Aparat keamanan diperbantukan untuk membantu kelancaran dan keamanan selama kegiatan (gambar :http://news2d.com/)

Penyelenggara pertemuan ini adalah sebuah organisasi yang mempunyai jaringan di seluruh dunia yang tujuan utamanya adalah agar umat Islam kembali mengamalkan agama sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

Sebagaimana ijtima-ijtima yang diselenggarakan di berbagai belahan dunia lainnya, setiap ijtima adalah bertujuan untuk mengeluarkan sebanyak-banyaknya jamaah yang siap dikirim ke seluruh penjuru alam.

Setelah pertemuan ini, akan dibentuk rombongan-rombongan jamaah yang bertugas untuk mendakwahkan dan mentablighkan agama. Mereka akan dikirim ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Di Indonesia sendiri, aktivitas jamaah tablig juga sudah terlihat sejak lama. Pusat kegiatannya di Indonesia bertempat di Masjid Jami Kebon Jeruk, Jalan Hayam Wuruk 83 Jakarta. Setiap malam jumat di masjid tersebut selalu diadakan pertemuan mingguan yang dihadiri lebih dari 3.000 orang jamaah.

Semua lapisan masyarakat dari kalangan petinggi-rakyat jelatan, orang kaya-miskin, pintar-bodoh, terlihat pada pertemuan tersebut. Tujuan utama pertemuan mereka adalah untuk bersilaturahmi dan untuk belajar menghidupkan kembali agama di seluruh lapisan masyarakat.

Hampir setiap tahun, di Indonesia juga diselenggarakan ijtima nasional juga juga dihadiri oleh banyak puluhan ribu jamaah, juga tamu-tamu dari luar negeri. Terakhir, pertemuan nasional di Indonesia dilaksanakan pada bulan Juni 2011 lalu di Cikampek, di lahan bekas gudang mobil Timor.

Mudah-mudahan suatu saat kita semua bisa dipertemukan dalam medan ijtima dunia ini.

48 Responses so far »

  1. 1

    ridho said,

    Ya Allah kekalkan kami dalam usaha nabi-Mu

  2. 2

    Basyir said,

    Alhamdulillah Allah telah mengantar saya ke India dan Bangladesh Ijtima di tongi kemarin mengeluarkan 47 jama’ah Indonesia / lebih kurang 470an orang Indonesia gerak dan sekitar 50-100 sudah selesai taskyil dan kembali ke Indonesia. Yang belum kesana InsyaAllah segera menyusul karena amal agama hidup disana.

  3. 3

    Hamba Allah said,

    Semoga Allah menerima amal para da’inya dan tetap istiqamah menda’wakan Ke Agungan dan ke esaan Allah hingga ajal datang menjemput.Amin

  4. 4

    faisL said,

    Insya Allah saya niat. Amin

  5. 5

    IslamPosting said,

    Subhanallah, Hidayah ……ya Allah

    Insya Allah [izin copas ya]

  6. 6

    jaya said,

    Yakinlah akan usaha ini….. Ini adalah sunnah rasullll.. Allah kuatkan iman kami dlm usaha ini… Amin

    • 7

      ummi hanif said,

      innalilahi wa innailaihi rajiun, bgmn antum yakin usaha model jt ini sunnah rasul ???????
      Hendaklah kita bertaqwa kepada Allah, wahai saudaraku. Jangan mengkhianati Allah, Rasulullah, Al-Qur’an dan kaum muslimin. Jangan kita menipu orang awam. Jangan mengukur urusan apapun semata-mata hanya dengan perasaan kita, sebab dienullah sangat terang benderang, malamnya sebagaimana siangnya, tidak akan ada yang menyimpang darinya sepeninggal beliau shalallalahu ‘alaihi wa sallam melainkan orang yang pasti binasa.
      Allah telah menyempurnakan dien-Nya, termasuk dalam hal ini ialah jalan dakwah. Ini merupakan perkara tauqifi, harus atas petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman salafush shalih. Sedangkan apa yang tidak sesuai dengannya, maka ia adalah bid’ah dan kesesatan, sekalipun namanya dipoles dengan apa saja dan biarpun memamerkan berjuta dalih.
      Bukankah Allah Subhanah Wata’ala mengingatkan NabiNya dengan peringatan yang keras, tak ada peringatan sekeras itu dalam firman-Nya: “Dan jika Kami tidak menetapkan hatimu, hampir-hampir saja engkau condong sedikit kepada mereka. Jika itu terjadi, pasti Kami rasakan kepadamu siksaan berlipat ganda di dunia dan begitu pula siksaan berlipat ganda setelah mati, dan kamu tidak akan mendapatkan seorang penolongpun terhadap Kami.” (Al-Isro’ 74-75).Jika yang berjuang itu Nabi Allah, yang menetapkan hatinya adalah Allah Swt, dan wahyu turun menegurnya, bila terjadi pembelokan dalam gerak dakwahnya. Tapi jika yang berjuang itu manusia biasa, wahyu apakah yang turun mengingatkannya? Yang mengingatkan hanyalah manusia yang masih ingin memelihara orisinalitas dakwahnya. Tapi musibah besar jika yang memberi nasehat dianggap sebagai penghalang jalan dakwah. Padahal andaikan tidak ada si ‘penghalang’ itu, mereka bisa terjerumus seluruhnya kepada kebinasaan.Peringatan keras Robbany seperti di atas seharusnya juga dipahami sebagai peringatan untuk para da’I yang berjuang menegakkan dienullah. Mereka harus benar-benar konsisten di jalan dakwah dan tidak tergiur oleh rayuan-rayuan manusia dan bisikan-bisikan syaitan untuk merubah arah, pemahaman dan metodologi dakwah mereka. Adalah peringatan Nabi kepada Para Sahabatnya dilaporkan oleh Abu Sa’id al-Khudry yang menceritakan: “Ketika kami duduk di sekitar mimbar Rasul, Beliau bersabda, sesungguhnya yang paling kutakuti menimpa kalian, adalah jika dunia terbuka lebar di depan kalian, kesenangan nya terhampar di hadapan kalian.” (muttafaq alaihi).
      Jadi cobaan yang dikhawatirkan bukan cobaan yang datang dari luar, tetapi cobaan dari dalam diri sendiri, menganggap diri sudah besar, sudah berpengaruh, dapat simpati besar, dunia pun terbentang di hadapan. Inilah awal ketergelinciran. So. Siapakah yang mau merenung, Fahal min mudzakir?

      ::> ummi hanif :
      Alhamdulillah, masih ada orang seperti Ummu Hanif yang masih mau memberi nasehat & kritik. Masih banyak dijumpai kelemahan dan kesalahan yang ada di jamaah ini. Dengan nasehat dan kritik insyaallah semakin hari akan semakin diperbaiki.
      Hari ini kita terlalu jauh dengan jaman Rasul, barangkali kalau dicocokkan dengan para sahabat, tabiin atau tabiut tabiin, kualitas kita dalam beragama tidak ada apa2nya dibandingkan dengan mereka.
      Ya namanya juga sedang belajar, kalau ada kelemahan dan kesalahan itu wajar. Yang penting kita terus berniat memperbaiki diri.
      Mengenai apa yang dilakukan teman2 insyaallah semua sudah dikaji dan ada dasarnya.
      Ummu Hanif sudah pernah baca kitab Hayatus Shahabah ?

      • 8

        sulaeman said,

        insya Allah banyak korban untuk tersebarnya hidayah dan islah diri serta pikir ummat sebagaimana rosul pikirkan, kita semakin paham apa maksud Allah dan rasulnya

      • 9

        vizz said,

        Ahamdulilah kami jamaah memang masih banyak perlu belajar……ya namanya belajar ya pasti banyak salahnya… sebagaimana org yg blajar nyetir…..dan polisi2 memaklumi nya…… maka dri itu si polisi membantu mengarahkan org yg blajar nyetir….agar lebih pandai lagi…. Alhamdulilah Ummi hanif said adalah org yang baik cakap, tegas dan berilmu…..InsyaAllah semoga Ummi hanif said Allah jadikan keturunannya untuk membela agama Allah..
        dan kami jamaah berharap Insya Allah Ummi hanif said mengajarkan kami ilmu2 agama dalam perbaikan ini….

      • 10

        Ibnu mansur said,

        الحمد لله kita dalam dakwah memiliki dasar dasar yg sangat jelas. Baik sunnah qauliyah maupun fi’liyah.
        Saya hargai semangat Ummi Hanif. Tapi tolong, berbicaralah secara ilmiyah. Kl mau berdalil, belajar dulu bhs Arab yg benar. Ushul Fiqh yg dalam. Baru nnti bisa diskusi secara ilmiyah. Kasian kl bgt kritikannya, ketahuan kedangkalan Ummi Hanif. Kl sdh siap, kita bs diskusi di darat dr balik hijab. Ummi tinggal pilih tmpatnya: mau d warnet Ummi yg d Buah Batu atau d rumah Rajamantri.. Ditunggu infonya via kang RF awiligar. Wassalam.

  7. 11

    faruk said,

    Salam,ana umar dari Mesir,masyaAllah menitik air mata tengok dan baca tulisan tuan,moga Allah pilih saya juga ke sana untuk hidupkan sunnah nabi kita saw,ygterbesar ini,Amin..

  8. 12

    assLm.amin semoga ALLAH Meridhoi Perbuatan yang Qita KerjakaN SeLama Nafas Menghirup Dengan KesejuKan Ke Imanan Nan Ke Taqwaan Kepada ALLAH Nan RasuLnya Amin..Semoga BeraNgkat Dakwah kepenjuru Alam Amin.

  9. 13

    azhar said,

    satu-satunya jalan untuk mencapai kejayaan duania dan akhirat hanya melalui da”wah wa tabligh

  10. 14

    ijtima kawasan timur indonesia,,siap dihantar ke seluruh alam

  11. 15

    hidup untuk da’wah
    da’wah sampai mati
    mati dalam da’wah
    ucapkan Laa ila ha illallah……

    ::> Bach Hariyanto
    Mudah2an Allah SWT kekalkan hidayah yang ada pada diri kita…

  12. 16

    Ahliyah Ali said,

    Alhamdulillah..moga Allah swt memberi hidayah kepada siapa saja yang hatinya terbuka menyambut yang haq dan yang senantiasa mencontoh Nabi saw dan sahabat r.hum untuk mengamalkan yg haq dan mendakwahkannya ke seluruh alam. Mohon doa dari semua da’i agar suami saya dan jamaah yang sedang keluar kejalan Allah di Bangladesh mendapat nushrotullah swt.amin ya robbal alamin..

  13. 17

    flashone said,

    semoga terhantar… Ke seluruh alam. Amien

  14. 18

    Subhanallah…, Hidayah ya Alloh

    ::> Haris Wandi Idris
    Allahu akbar….

  15. 19

    Wastim rahma said,

    Insya Allah saya sngat mendukung usaha dakwah ini.jarang sekali orang yg mau mengorbankan keluarga,waktu,harta untuk agama spt yg tlh dicontohkan oleh para sahabat,bnyk umat islam skrg yg gak akan datang pertolongan Allah SWT jika dia menolong agama Allah.mdh2an Allah SWT memberikan hidayah dan kekuatan kpd kita untuk bisa memperjuangkan agama Allah SWT sampai maut menjemput kita.amin

    ::> Wastim rahma
    Amin, mudah2an Allah SWT memberi kekuatan pada kita…

  16. 22

    salsabila said,

    Subhanallah….

  17. 23

    abdul haris said,

    subahan ….ALLAH YA ALLAH pilihlah saudara saudara kami semua….. ya ALLAH baik yg menentang usaha ini ,maupun yg mendukung ,jadikan lah kami semua asbab hidayah bagi seluruh alam …..YA ALLAH……. AMINNNNNN

  18. 24

    manulana said,

    india,pakistan,banglades,,,Ya Allah berangkatkanlah saya kesana…

  19. 25

    sidiq said,

    Ya Allah …….
    berangkatkan secapatnya saya ke IPB
    Doakan Yaaa??!!!!
    (sidiq,pasar kleco)

  20. 26

    abdul muhaimin said,

    ya Allah berangkatkanlah aku keluar di jalan-Mu
    selama 4 bulan…
    (abdul Muhaimin)

  21. 27

    syaifa said,

    YA ALLAH istiqomahkan aku dalam usaha dakwah …
    sampai akhir hayatku ini…
    Aammiiin

  22. 28

    Abdul Manan Assirbuny said,

    insya ALLAH setelah lulus kuliah niat daftarkan diri 40 hari rekan” do’akan yaa.. STM (singapura,thailand,malaysia) Amiin..

  23. 29

    bangsawan said,

    Alhamdulillah Allah telah memberikakan jalan2 hidayah kpd kami untuk belajar usaha dakwah selama 2 minggu bersama 12 org jamaah asal kota Palu yang diskil ke Thailand (yala), dgn menggunakan cuti tahunan utk belajar dan terus belajar dalam usaha dakwah. Yaa Allah smg Engkau memilih saya dalam usaha dakwah, berdakwah sampai mati dan mati dalam dakwah Insya Allah. (Bangsawan di Palu)

  24. 30

    Islah Lah said,

    ya Allah tambahkan pengorbanan sy untuk agamamu seperti Rasulullah Saw dan para Sahabat dan Dawah sampe mati , mati dalam dawah

  25. 31

    Mr.Good said,

    Kasihan orang spt ummi hanif ini, mengira dia ( dan kelompoknya ) yg benar jamaah tabligh salah, marilah kita saling berbuat dan Allah yang akan memutuskan … kami jt tidak hanya 100 % yakin akan kebenaran jalan da’wah ini, tapi lebih dari itu, walaupun tuduhan kalian menjadi-jadi dengan seribu dalil ( yg sebenarnya salah kalian tafsiri ) kami jt tak akan pernah( insyaallah ) surut sejengkalpun, orang2 spt kalian inilah yg jadi ganjalan (musuh ? ) dalam selimut, tapi tidak mengapa, org2 spt anda juga yg kadang keras menjadi penghambat, tapi justru itu yg membuat kami lebih benyak menambah pengorbanan sehingga lebih banyak pula menjadi asbab hidayah bagi ummat ini … jalan terus pantang mundur …anggap saja saudara kita yg sedang berceloteh terhadap kita …

    • 32

      Insyaf said,

      Bismillah wlhamdulillah wammaba’du…
      Wahai mr.good said,,kalau antum beranggapan dakwah JT 100% benar,,coba antum sebutkan dalilnya dri al-Qur’an dan hadits sahih,,,janganlah antum mengikuti hawa nafsu antum… KItab Fadhail ‘amal yang antum baca besama jamaah banyak mengandung kesyirikan kepada Allah ‘Azzawajalla,,,coba anda baca ( Jama’ah Tabligh Mengajarkan Syirik dan Bid’ah )… semoga antum faham dengn pemahaman agama yg benar trhadap dakwah…
      Allah Berfiman : Demi masa, sesungguhanya manusia benar-banar berada dalam kerugian, kecuali orang2 yg beriman dan mngerjakan amal shaleh dan nasehat menasehati suapaya mena’ati kebenaran dan sehat menasehati supaya menetapi kesabaran.(QS. Al-‘Ashr : 1-3 )

      wallahu’alam…

      ::> Insyaf :
      Tobat Pak, apa tidak ada pekerjaan lain selain mencaci dan mecari kesalahan orang lain…
      (Gitu kok mengaku berdiri di atas Qur’an dan sunnah)

  26. 33

    Imam Misroi said,

    semoga allah bersama kita

  27. 34

    Insyaf said,

    MasyaAllah…bertobatlah wahai JT,,,kemblailah kejalan yang lurus sesuai al-qur’an dan hadits,..berilmu dulu baru beramal…memnuntut ilmu wajib hukumnya,,,jangan kalian anggap IPB lebih suci Kota Makkah almukarromah,,,ana mantan JT.

    ::> Insyaf :
    Sudah sombong, suka menuduh yang tidak benar, teman siapakah dia ?

    • 35

      Mr.Good said,

      dr komentar terakhir nyatalah pak insyaf ini gak tahu JT yg sebenarnya, sy yakin pasti dia pura2 atau ngaku2 mantan JT, walah pak insyaf ..insyaflah …siapa bilang IPB lebih suci dr Makkah Al mukarromah … jauh pak pikiran anda ..

      Pada tanggal 02/02/13, Menebar Hikmah Menyemai Hidayah

  28. 36

    Ibnurosyid said,

    Insya Allah…
    Smg Allah berikan hidayah buat saudara2 kita yang mengklaim dirinya shalafus shaleh/shalafi utk mendukung dakwah dengan ilmunya,
    yakinlah perbedaan khilaf selalu ada termasuk dalam saudara kita yang mengklaim dirinya shalafi,
    Bahkan mereka sendiri tak bisa menghindari perkara bid’ah menerima /mengambil upah dari dakwah,
    entah lewat tulisan maupun lisan,
    Saling membid’ahkanpun terjadi di antara ulama2 yang mengklaim shalafus shaleh,

    Berikut ini adalah beberapa contoh khilaf (perbedaan pendapat)
    di antara para ulama Ahlus Sunnah akan tetapi
    mereka tidak saling mengingkari.
    Namun mereka berusaha menjelaskan pendapat yang paling benar
    menurut mereka, tanpa adanya sikap saling menjatuhkan,
    terlebih lagi saling tahdzir, hajr, apalagi tabdi.

    [1]. Khilaf antara Syaikh Al-Albani dan Syaikh Ibnu Baaz
    rahimahumallah mengenai boleh tidaknya tentara
    Amerika berpangkalan di Arab Saudi untuk menghancurkan Irak.
    Syaikh Ali bin Hasan menjelaskan bahwa khilaf ini
    bukanlah khilaf yang biasa-biasa saja,
    namun merupakan khilaf yang nyata.
    Meskipun demikian mereka tetap tidak saling hajr [1].
    Padahal jika kita perhatikan, khilaf ini berkaitan dengan
    keselamatan orang banyak dan berkaitan dengan masa depan negeri Saudi. Keduanya saling mempertahankan pendapat, tetapi mereka tetap saling mencintai dan saling menghormati.

    [2]. Khilaf antara Syaikh Ibnu Baaz dan Syaikh Al-Albani
    rahimahumallah mengenai masalah sedekap setelah ruku’
    (ketika i’tidal).
    Syaikh Al-Albani memandang hal ini merupakan bid’ah.
    Sebaliknya Syaikh Ibnu Baaz memandang bahwa hal ini disyari’atkan.
    Namun apakah Syaikh Al-Albani
    menyatakan bahwa orang yang berpendapat seperti
    pendapat Syaikh Ibnu Baaz adalah ahli bid’ah?
    Tentu saja tidak.
    Padahal Syaikh Al-Albani benar-benar meyakini bahwa
    hal itu merupakan bid’ah. Sedangkan setiap bid’ah adalah kesesatan,
    dan tiap kesesatan adalah di Neraka.

    Mungkin saja nanti ada orang yang membesar-besarkan masalah ini,
    lalu menjadikannya sebagai ajang perpecahan,
    dengan alasan bahwa bid’ah itu berbahaya
    dan kita tidak boleh meremehkan bid’ah sekecil apapun.
    Pernyataan tersebut benar jika yang dimaksud adalah bid’ah
    yang disepakati oleh para ulama.
    Adapun bid’ah yang masih diperselisihkan
    maka pernyataan ini tidak berlaku.

    [3]. Khilaf antara Syaikh Al-Albani dengan
    para ulama Arab Saudi tentang jumlah raka’at shalat Tarawih.
    Syaikh Al-Albani menyatakan bahwa shalat Tarawih
    lebih dari 11 raka’at merupakan bid’ah.
    Namun apakah beliau menyatakan bahwa orang yang
    menyelisihi beliau adalah mubtadi?
    Tentu saja tidak.
    Bahkan beliau berkata,
    “Kami tidak membid’ahkan
    dan tidak juga menyesatkan siapa saja
    yang shalat Tarawih lebih dari sebelas raka’at,
    jika tidak jelas baginya Sunnah
    dan dia tidak mengikuti hawa nafsunya’ [2]

    Beliau juga berkata,
    ‘Janganlah seorang menyangka bahwa
    jika kami memilih pendapat (wajibnya)
    mencukupkan bilangan raka’at Tarawih sesuai Sunnah
    (yaitu sebelas raka’at)
    dan tidak boleh manambah bilangan tersebut,
    berarti kami telah menyesatkan atau membid’ahkan
    mereka yang tidak berpendapat demikian dari para ulama,
    baik ulama yang dahulu maupun yang akan datang sebagaimana
    yang disangka oleh sebagian orang,
    sehingga menjadikan hal ini sebagai
    kesempatan untuk mencela kami.
    Mereka menyangka bahwa pendapat kami tentang tidak
    dibolehkan atau bid’ahnya suatu perkara melazimkan
    bahwa siapa saja yang berpendapat bolehnya
    atau disunnahkannya perkara tersebut sebagai ahli bid’ah yang sesat.
    Sama sekali tidak melazimkan demikian.
    Ini adalah persangkaan yang bathil
    dan kebodohan yang sangat.
    Sesungguhnya yang dicela adalah para ahli bid’ah
    yang menghalangi tersebarnya sunnah
    dan menganggap baik seluruh bid’ah tanpa ilmu,
    tanpa petunjuk, dan tanpa kitab yang memberi penjelasan,
    bahkan tanpa taqlid terhadap para ulama,
    namun hanya sekedar mengikuti hawa nafsu
    dan mencari pujian orang awam.[3]

    Beliau juga berkata : “
    Karena itu, kita lihat meskipun para ulama
    berselisih pendapat secara sengit pada sejumlah masalah
    namun mereka tidak saling menyesatkan
    dan tidak juga saling membid’ahkan satu sama lain.
    Satu contoh dalam hal ini,
    para ulama telah berselisih pendapat
    (bahkan) sejak zaman para sahabat tentang masalah
    menyempurnakan shalat wajib (empat raka’at) ketika safar. Di antara mereka ada yang membolehkan, sedangkan sebagian yang lain melarangnya dan memandang bahwa hal itu adalah bid’ah yang menyelisihi Sunnah. Meskipun demikian ternyata mereka tidak membid’ahkan orang yang menyelisihi pendapat mereka. Lihatlah Ibnu Umar, beliau berkata, ‘Shalat musafir dua raka’at, barangsiapa yang menyelisihi Sunnah maka telah kafir’. (Sebagaimana diriwayatkan oleh As-Sarraj dalam Musnad-nya XXI/122-123, dengan dua isnad yang shahih dari Ibnu Umar). Meskipun demikian Ibnu Umar tidak mengkafirkan juga tidak menyesatkan orang-orang yang menyelisihi Sunnah disebabkan ijtihadnya. Bahkan, tatkala beliau shalat di belakang imam yang memandang menyempurnakan shalat (empat rakaat), maka beliau pun ikut menyempurnakan shalat bersama imam tersebut. As-Sarraj juga meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Ibnu Umar bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat di Mina dua raka’at, begitu juga Abu Bakar, Umar dan Utsman di awal masa pemerintahan beliau.
    Setelah itu Utsman shalat empat raka’at,
    dan jika beliau shalat sendirian maka beliau shalat dua raka’at.

    Perhatikanlah,
    bagaimana keyakinan Ibnu Umar
    terhadap kesalahan orang yang menyelisihi Sunnah yang shahih –
    dengan menyempurnakan shalat empat raka’at-
    tidak menjadikan beliau menyesatkannya atau membid’ahkannya.
    Bahkan beliau shalat di belakang Utsman. Sebab,
    berliau tahu bahwa Utsman tidaklah menyempurnakan shalat
    empat raka’at karena mengikuti hawa nafsu
    namun beliau melakukan demikian karena ijitihad beliau.

    Inilah jalan tengah yang menurut kami harus
    ditempuh oleh kaum muslimin untuk
    memperoleh solusi dari perbedaan pedapat
    yang timbul diantara mereka yaitu masing-masing
    menampakkan pendapatnya yang menurutnya benar
    dan sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah
    dengan syarat tidak menyesatkan
    atau membid’ahkan orang yang tidak
    sesuai dengan pendapatnya tersebut..”[4]

    Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata :
    ”Diriwayatkan dari Salafus Shalih jumlah
    bilangan raka’at Tarawih yang beraneka ragam –dalam masalah ini-,
    sebagaimana perkataan Imam Ahmad dan Ibnu Taimiyyah,
    maka lapang bagi kita apa yang lapang bagi mereka.
    Kita telah didahulukan oleh mereka,
    maka tidak semestinya kita bersikap keras” [5]

    Beliau juga berkata,
    “Ketahuilah, bahwasanya khilaf tentang
    jumlah bilangan raka’at shalat Tarawih –
    dan yang semisalnya,
    yang termasuk perkara-perkara yang dibolehkan
    ijitihad di dalamnya-
    hendaknya tidak dijadikan
    ajang perselisihan dan perpecahan umat.
    Terlebih lagi jika Salaf berbeda pendapat pada masalah ini.
    Tidak ada satu dalil pun yang melarang berlakunya
    ijtihad dalam perkara ini” [6]

    [4]. Khilaf antara Syaikh Al-Albani dengan
    para Ulama Arab Saudi –di antaranya Syaikh Ibnu Baaz-
    tentang hukum jual beli kredit dengan harga
    yang berbeda dari harga kontan. [7].
    Menurut Syaikh Al-Albani hal itu adalah riba,
    namun apakah Syaikh Al-Albani men-tahdzir d
    an meng-hajr para ulama Arab Saudi dengan alasan bahwa
    mereka membolehkan riba,
    dan orang yang membolehkan riba terlaknat
    ebagaimana dalam hadits?
    Tentu tidak, karena ini adalah masalah khilafiyyah ijtihadiyyah.

    [5]. Khilaf antara Syaikh Al-Albani
    dan Syaikh Muqbil mengenai Syaikh Muhammad Rasyid Ridha.
    Syaikh Muqbil menyatakan bahwa Syaikh Muhammad Rasyid Ridha
    berada di atas kesesatan. [8]
    Hal ini tidak disetujui oleh Syaikh Al-Albani,
    dan beliau berkomentar, “
    Aku rasa ini adalah pensifatan yang terlalu luas
    dan tidak pada tempatnya,
    yaitu dalam memutlakkan sifat dhalal (kesesatan)
    kepada seperti orang ini (Muhammad Rasyid Ridha).
    Menurut keyakinan saya, beliau memiliki jasa
    terhadap banyak Ahlus Sunnah di zaman ini.
    Karena beliau menyebarkan dan menyeru kepada
    As-Sunnah dalam majalah beliau yang terkenal,
    Al-Manar. Bahkan pengaruhnya sampai
    di banyak negeri kaum muslimin non-Arab.
    Oleh karena itu, pendapat saya,
    perkataan ini adalah perkataan yang ghuluw (berlebihan)
    yang semestinya tidak terlontarkan dari orang seperti saudara kita,
    Muqbil.

    Bagaimanapun juga (sebagaimana perkataan penyair):

    Engkau menghendaki seorang teman yang tidak ada aibnya,
    Maka dapatkan kayu gaharu mengeluarkan wangi tanpa asap..?

    Meski demikian,
    Syaikh Al-Albani sendiri menyatakan bahwa masalah ini
    adalah masalah ijtihadiyyah. [9]

    [6]. Khilaf antara Syaikh Muqbil dan
    hampir seluruh Syaikh kibar –
    bahkan mungkin dapat dikatakan seluruh Syaikh Salafiyyun- [10]
    dalam masalah menghukumi Abu Hanifah. H
    ampir seluruh Syaikh tersebut menyatakan
    bahwa Abu Hanifah merupakan salah satu Imam
    dari Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
    Karena itulah madzhab beliau termasuk madzhab
    yang diakui sejak dahulu,
    berbeda dengan pendapat Syaikh Muqbil. [11]

    [7]. Khilaf antara Syaikh DR Muhammad bin Hadi
    an Prof. DR Syaikh Abdurrazzaq bin Abdil Muhsin Al-Abbad.
    Syaikh Muhammad bin Hadi menganggap bahwa
    Yayasan At-Turats Kuwait adalah yayasan hizbiyyah
    dan beliau mentahdzir yayasan ini.
    Sedangkan Syaikh Abdurrazzaq sendiri bermu’amalah d
    engan yayasan tersebut.
    Lantas bagaimanakah sikap Syaikh Muhammad bin Hadi
    terhadap Syaikh Abdurrazzaq ?
    Apakah mereka saling hajr dan meninggalkan salam?
    Justru sebaliknya. Jika bertemu mereka saling berpelukan.
    Hal ini menunjukkan rasa cinta dan
    saling memahami di antara keduanya.
    Bahkan, meskipun Syaikh Muhammad berpendapat bahwa
    Syaikh Abdurrazzaq telah melakukan kesalahan,
    namun apa kata beliau? Beliau berkata,
    “Aku dan Syaikh Abdurrazzaq seperti tangan yang satu,
    bahkan jari yang satu” [12]

    Masih banyak contoh-contoh yang lain.
    Namun cukuplah apa yang kami sebutkan kali ini menjadi pelajaran.
    Tatkala dua orang yang berselisih saling memahami
    bahwa keduanya sama-sama menginginkan Sunnah,
    sama-sama menginginkan kebenaran,
    maka perkaranya akan jadi lebih ringan.
    Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata,
    “Sungguh indah perkataan seorang ulama kepada
    orang yang menyelisihinya dalam perkara
    yang dibolehkan ijtihad,
    “Engkau dengan penyelisihanmu kepadaku
    sesungguhnya telah sepakat denganku,
    yaitu kita berdua sama-sama memandang wajibnya
    mengikuti ijtihad yang benar
    dalam masalah yang masih dibolehkan ijtihad” [13]

    Dan sungguh indah ucapan Syaikh Al-Albani rahimahullah :

    “Khilaf yang terjadi di antara kita adalah khilaf
    yang menggabungkan dan tidak mencerai-beraikan,
    berbeda dengan khilafnya orang lain”

    Setiap orang boleh mengucapkan pendapatnya,
    tidak ada halangan, selama masih dalam batasan penuh adab,
    tanpa celaan, cercaan dan seterusnya.

    “Dan bagi masing-masing ada kiblatnya
    yang dia menghadap kepadanya.
    Maka berlomba-lombalah kalian (dalam) kebaikan”
    [Al-Baqarah : 148] [14]

    [Dinukil dari buku Lerai Pertikaian,
    Sudahi Permusuhan Menyikapi Fenomena Hajr Di Indonesia,
    Fasal Kesimpulan Kesepuluh Tidak Ada Hajr Dalam Perkara Debatable,
    Penulis Abu Abdil Muhsin Firanda Ibnu Abidin,
    Penerbii Pustaka Cahaya Islam,
    Cetakan Ke-2 Rajab 1427H/Agustus 2006]
    __________
    Foote Note
    [1]. Sebagaimana yang kami dengar dari ceramah beliau
    di salah satu hotel di Makkah
    pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan tahun 2003.
    [2]. Shalaatut Taarawih, hal. 106
    [3]. Ibid, hal. 35-36
    [4]. Ibid, hal. 37-38
    [5]. Lihat Majmu Fataawa (XIV/208)
    [6]. Majmu’ Fataawa (XIV/189)
    [7]. Perhatikanlah, sungguh ajaib akhlak
    kedua ulama besar Ahlus Sunnah tersebut.
    Keduanya berselisih dalam banyak permasalahan
    yang sebagiannya bukanlah masalah ringan.
    Masalah-masalah tersebut bahkan terkadang
    terjadi berulang-ulang.
    Namun keduanya sama sekali tidak saling menjatuhkan,
    bahkan keduanya saling mencintai dan saling menghormati.
    Itulah akhlak para ulama kita.
    Bahkan Syaikh Ibnu Baaz memuji Syaikh Al-Albani
    bahwa beliau adalah mujaddid (reformis) abad ini.
    (Silahkan merujuk kepada Silsilah Al-Huda wa Nuur,
    kaset no. 725)
    Demikian pula dengan Syaikh Ibnu Utsaimin yang
    sering menyelisihi Syaikh Al-Albani
    dalam masalah-masalah ijtihadiyyah.
    Meskipun demikian beliau pernah berkata
    “Syaikh Al-Albani adalah ahli hadits abad ini”
    (Perhatikan Silsilah Al-Huda wa Nuur, kaset no. 880)
    Adapun “sebagian orang”,
    terkadang disebabkan satu masalah saja
    yang diperselisihkan –padahal masalah
    tersebut bukanlah masalah yang berat
    dan terkadang merupakan masalah dunia,
    bukan permasalahan agama- maka mereka
    jadikan alasan untuk saling menjauhi,
    saling menjatuhan, saling mencerca saling men-tahdzir
    dan saling hajir, dan seterusnya. Wallahul Musta’aan.
    [8]. Sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Muqbil
    dalam muqaddimah Ash-Shahiih Al-Musnad min Dalaa-ilin Nubuwwah (hal.10), juga penjelasan beliau secara panjang lebar dalam kitab beliau Ruduud Ahlil Ilmu Alath Thaa’iniin fii Hadits As-Sihr waa Bayaan bu’d Muhammad Rasyid Ridha ‘an As-Salafiyah.
    [9]. Silsilah Al-Huda wan Nuur, kaset no. 32
    Namun penyelisihan Syaikh Al-Albani
    terhadap sikap Syaikh Muqbil tidaklah
    mengubah kecintaan beliau terhadap Syaikh Muqbil.
    Dalam ceramahnya, Syaikh Al-Albani memuji
    dan bahkan membela Syaikh Muqbil
    dari orang-orang yang mengkritik
    dan mencela Syaikh Muqbil
    (Perhatikan Silsilah Al-Huda wa Nuur, kaset no. 851).
    Adapun pujian Syaikh Muqbil terhadap Syaikh Al-Albani
    maka sangatlah banyak. Semoga Allah merahmati keduanya
    dengan rahmat yang luas.
    Sebagai contoh sikap saling puji antara Syaikh Al-Albani
    dan Syaikh Muqbil maka silakan mendengar Silsilah Al-Huda wan Nuur,
    kaset no. 850).
    [10]. Seperti Syaikh Al-Albani –
    perhatikanlah munaqasyah Syaikh Al-Albani
    terhadap dalil yang disebutkan
    oleh Syaikh Muqbil dalam Silsilah Al-Huda wan Nuur,
    kaset no. 56) –Syaikh Ibnu Utsaimin-
    lihat nukilan fatwa beliau dibawah ini-
    Syaikh Ibnu Baaz, Shalih Al-Fauzan,
    Abdul Aziz Alusy Syaikh,
    Shalih Alusy Syaikh dan lain-lain.
    Bahkan saat ini penulis belum menemukan
    seorangpun dari kalangan ulama Ahlus Sunnah zaman ini
    yang mendukung pendapat Syaikh Muqbil dalam hal ini.
    Wallahu a’lam
    Syaikh Ibnu Utsaimin pernah ditanya, “
    Syaikh yang mulia,
    kami adalah saudara-saudara Anda di Indonesia.
    Kami mencintai anda karena Allah.
    Kami mengikuti kabar tentang anda dan juga fatwa-fatwa anda.
    Kami mendapatkan banyak faedah dari ilmu anda,
    melalui buku dan kaset anda. Pada kesempatan ini,
    kami meminta fatwa kepada anda tentang
    sebuah tulisan yang ditulis oleh seorang da’i pada
    sebuah majalan di Indonesia yang bernama
    Majalah Salafy (edisi 20 tahun 1418H/1997M,
    dan edisi 29 tahun 1999M –pen).
    Da’i tersebut berkata, “Ahlur ra’yi
    adalah pemikir yang lebih banyak berdalil d
    engan qiyas dibandingkan berdalil dengan Al-Qur’an dan hadits.
    Imam mereka adalah Abu Hanifah An-Nu’man bin Tsabit …
    dst” [Silahkan merujuk kepada Kitaabul Ilm, hal 304-305].

    Maka Syaikh menjawab, “
    Sikap yang benar terhadap para imam yang
    memiliki para pengikut yang mempersaksikan
    adalah (keshalihah) dan istiqomah mereka
    adalah kita tidak menyerang mereka
    dan kita meyakini bahwa kesalahan
    yang timbul dari mereka merupakan hasil dari ijtihad mereka.
    Seorang mujtahid dari umat ini pasti mendapatkan pahala.
    Jika ijtihad-nya benar maka ia akan
    mendapatkan dua pahala, dan jika keliru,
    maka akan mendapatkan satu pahala
    serta kesahalahnnya diampuni.

    Dan Abu Hanifah rahimahullaah adalah seperti p
    ara imam lainnya yang memiliki kesalahan-kesalahan
    dan juga memiliki kebenaran-kebenaran.
    Tidak seorangpun yang ma’shum melainkan
    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
    sebagaimana perkataan Imam Malik,
    “Setiap orang dapat diambil pendapatnya
    dan ditolak kecuali penghuni kubur ini”,
    sambil memberi isyarat kepada kuburan
    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

    Yang wajib dilakukan adalah menahan diri
    dari (mencela) para imam kaum muslimin.
    Namun jika sebuah pendapat merupakan kesalahan,
    maka hendaknya disebutkan (kesalahan)
    pendapat tersebut tanpa mecela pengucapannya.
    Hendaknya seseorang menyebutkan pendapat
    yang keliru tersebut kemudian menyanggahnya.
    Inilah jalan yang selamat”
    [Lihat Kitaabul Ilm hal. 304-306]
    [11]. Lihat buku beliau yang berjudul
    Nasyr Ash-Shahifah fi Dzikris Shahih min
    Aqwaal A-immatil Jarh wat Ta’diil fii Abi Hanifah.
    [12]. Pernyataan beliau ini didengar
    oleh mahasiswa Universitas Islam Madinah
    –di antara mereka adalah penulis sendiri-,
    di kediaman beliau pada tahun 2004.
    Hal ini sungguh berbeda dengan tindakan
    sebagian saudara-saudara kita yang
    menyelisihi sikap para Syaikh dalam
    en-tahdzir Yayasan Ihya At-Turats.
    Karena itu, kita dapati bahwa Syaikh Rabi sendiri
    tidak pernah men-tahdzir ulama Ahlus Sunnah lain
    yang membolehkan mu’amalah dengan Yayasan Ihya At-Turats.

    Peringatan:
    Sebagaimana halnya orang-orang yang berpegang
    dengan fatwa para ulama besar dalam bermu’
    amalah dengan Yayasan tersebut mengharapkan
    para saudaranya memahami bahwa ini
    adalah masalah khilafiyyah ijtihadiyyah
    yang tidak boleh disikapi berlebih-lebihan
    sampai pada tingkataan hajr,
    maka mereka pun harus berlapang dada
    jika saudara-saudara mereka megkritik d
    engan cara yang baik dan tidak
    berlebih-lebihan –tanpa tahdzir dan hajr-.
    Sebab saudara-saudara mereka pun melakukan
    hal tersebut karena mengikuti pendapat para ulama
    yang telah diakui secara integritas dan
    kompetensi –seperti Syaikh Rabi dan Syaikh Muqbil-.
    Lihatlah bagaimana Syaikh Abdurrazzaq Al-Abbad
    berlapang dada menerima kritik Syaikh Muhammad bin Hadi.
    Apalagi telah jelas ada kesalahan-kesalahan
    yang terdapat di yayasan tersebut
    yang berkaitan dengan manhaj maka
    sikap kehati-hatian tetap perlu diperhatikan.
    Wallahu a’lam
    [13]. Majmuu Fatawa karya Syaikh Ibnu Utsaimin (XIV/189)
    [14]. Silsilah Al-Huda wan Nuur (kaset no. 880) tatkala Syaikh Al-Albani menceritakan khilaf antara beliau dan Syaikh Sindi Al-Pakistani

    Masalahnya..
    masih saja terjadi saudara2 kita ringan menghukumi bid’ah, sesat neraka…. tanpa tabayyun…. selalu membebek dengan fatwa2 ulamanya,
    padahal dlam shalafi tidak boleh taklik buta,
    fatwa itupun keluar setelah dari katanya/laporan/bukan tabayyun,
    padahal dlm shalafi sendiri tidak boleh berpendapat atas dasar katanya katanya/laporan2 tanpa tabayyun,
    dan atas dasar mencari cari kekurangan isi kitab2 karya ulama yang bukan semanhajnya.
    klo kita mau jujur ternyata tidak ada ulama yg sempurna,,,

    Wallahu a’lam..

    • 37

      Ibnurosyid said,

      Buat saudara2ku yang sudah ikut belajar dengan metode dakwah khuruj,
      tetaplah istiqomah insya Allah…
      tak perlu mundur karena di cap orang tak berilmu.
      karena iblispun berilmu,

      Dan karena hakekat keilmuan seseorang tidak diukur
      dengan banyaknya hafalan yang dia miliki,
      banyaknya buku yang telah dia beli,
      banyaknya kaset ceramah yang telah dia koleksi,
      banyaknya ustadz atau bahkan ulama yang telah dia kenali,
      tidak juga deretan titel akademis yang dibanggakan kesana-kemari.
      Kita masih ingat, ucapan sahabat Nabi yang mulia,
      Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu wa ardhahu,
      “Bukanlah ilmu itu diukur dengan banyaknya riwayat.
      Akan tetapi pokok dari ilmu adalah khas-yah/rasa takut –
      kepada Allah-.
      (lihat al-Fawa’id karya Ibnul Qayyimrahimahullah).

      “Betapa banyak orang yang membawa fiqih/ilmu
      akan tetapi tidak memiliki kefaqihan”
      Imam Malik berkata :
      “Bukanlah ilmu dengan banyaknya periwayatan,
      akan tetapi ilmu adalah cahaya yang Allah letakan dalam hati”.
      Maksud Imam Malik adalah memahami makna-maknanya
      dan istinbaathnya (pengambilan hukum darinya)”
      (Syarh Shahih Al-Bukhaari karya Ibnu Batthool 1/157)

      Smg manfaat insya Allah..

  29. 38

    locco said,

    yang saya herankan sudah ikut khuruj 40hari, masih juga ninggalin shalat berjama’ah dimasjid…kalau orang itu sudah berilmu..tentu dia tidak akan meninggalkannya..ana mantan JT,,yang sekarng alhamdulillah insyaAllah di atas Qur’an dan Sunnah Rosulullah Sallalhu’alaihiwasallam,,,

    ::> locco :
    Gak usah sombong Mas..
    Tidak ada yang bisa menjamin bahwa kita tak akan terpeleset jatuh dalam kemaksiatan, termasuk mereka yang mengklaim berdiri di atas Quran dan sunnah. Masing-masing kita punya hawa nafsu dan setan itu pinter untuk menjerumuskan kita.
    Kalau cuma contoh seperti itu saya juga punya banyak…

  30. 40

    halaqoh pegadungan cengkareng said,

    assalamualaikum…. ya akhi…. semuanya ngga usah berdebat atas dasar nafsu tp bermusyawarahlah….
    umat islam saat ini hancur karena orang islam sendiri ditambah lagi dari faktor eksternal, jamaahpun rusak karena jamaah itu sendiri menurut saya jamaah tabligh adalah metode, klw bisa mendatangkan ishlah dan perbaikan buat diri sendiri, org lain dan memberi manfaat buat saudara2 kita, maka ngga apa-apa silahkan ditempuh dan dicoba metode khuruj jamaah tabligh. alhamdulillah saya pernah coba belajar korban harta diri waktu. asal waktu khuruj itu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya banyak buat amalan masjid banyak silaturahmi banyak gerak usaha atas iman saling mengingatkan perkara amar mak’ruf nahi munkar, dan pentingnya dakwah maka disebelah mana kesesatannya. quran dan hadits yang dibaca sama, fadilah amal itu himpunan dari quran dan hadits juga. hanya dikelompokan saja lebih khusus mengenai fadhilah shalat, qur,an, sedekah, haji dan lain2. sama seperti riyadus shalihin ataupun kitab kuning. klw ini memang sesat maka Allah tidak akan tinggal diam pasti murka tp tiap taun malah meningkat kan? sudah hampir satu abad lebih. pertanyaannya. mau jadi pemain (pejuang dakwah) atau sekedar penonton bahkan hanya komentator saja. orang khuruj ini keluar dengan biaya sendiri. dan perlu diingat tidak ada paksaan dalam islam dan tidak ada paksaan dalam dakwah. hidayah tetap milik Allah tapi kita juga diperintahkan oleh Allah untuk dakwah, “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung.” (al imran 104) perhatikan ayat tersebut -segolongan umat- maksudnya ini dakwah secara ijtima bukan munfarid. lihat kondisi umat sekarang dakwah masing2 masjid satu dengan masjid lain seolah tidak ada hubungan tidak kenal bahkan ketika shalat berjamaahpun belum tentu saling mengenal satu sama lain.
    ‘Kamu (wahai umat Muhammad) adalah sebaik-baik umat yang dilahirkan, (kerana) kamu menyuruh berbuat segala perkara yang baik dan melarang daripada segala perkara yang salah (buruk dan keji), serta kamu pula beriman kepada Allah (dengan sebenar-benar iman (al imran 110) knapa kata -kamu- disana Allah gunakan dhomir kuntum bukan antum. karena ini cap umat terbaik ini khusus berlaku bagi yang mau mengamalkan dakwah saja.
    akan tetapi terkadang orang melihat dan menilai dari sisi buruknya jamaah (wajar namanya manusia selalu kritis cari selamet sendiri dan cari aman) maka sebagai karkun pun kita harus jaga akhlak jangan sampai kita ini karkun tapi bukan menjadi asbab turunnya hidayah tapi malah menjadi asbab penghalang hidayah

    wallahu samiul basir……
    kebenaran datang dari Allah dan kesalahan dari saya pribadi, wajar mohon dimaafkan sedang belajar

  31. 41

    fauza said,

    Subhanallah..

  32. 42

    Fattah said,

    Alhamdulillah.. smoga sy pun dpt p sana gop

    • 43

      Muhammad Yasin said,

      Hidayah ya Allah..kami pekerja dakwah..yakin dgn usaha ini… Usaha ygl di Contohkan Baginda Rasulullah saw dan para sahabat..jika dr awal niat Niat Maulana Ilyas Al Khandalawi r.a ingin mensucikan India,Pakistan,Bangladesh dibanding Makkah Al Mukarramah ,brarti dia musuh Allah dan Akn dibinasakan.. Alhamdulillah Allah jg usaha atas iman ini,dan musuh Allah tidak akan mungkin mengucapkan La Ilaha Ilallah di hujung sakratulmautnya.. saudaraku para Ahbab teruslah bergerak keseluruh penjuru Alam bwa Agama Allah bag Air bah menyentuh serta mengajak ummat tuk taat kepada-NYA.. dgn penuh kasih sayang…. LA ILA HA ILALLAH..

      >>: Muhammad Yasin
      Insyaallah, jazakallahu khairan

      • 44

        Muhammad Yasin said,

        Afwan Rev: Maulana Zakariyah Al Khandalawi Maulana Ilyas .. Afwan terlalu bersemangat

  33. 45

    aliyah sakban said,

    alhamdulillah t

  34. 46

    Syukhail said,

    Hai saudara saudaraku yang ber ilmu…. marilah kita sama sama lihat bersama, masih banyak saudara kita yang lain di pelosok2….. yang bila di tanya Agamanya mereka mengatakan kami Islam! tapi sangat menyedihkan mereka tidak bisa mengucapkan Kalimat syahadat,,,, bagai mana dengan Sholat?? tanggung jawab siapa sebenarnya ini? mereka tidak pernah sholat…… tidak usah antum tanya sholat lima waktu sholat jum’at saja mereka bahkat sebagian mereka tidak pernah kerjakan…
    apakah mereka kita relakan didatangi oleh Para misionaris yang kini makin gancar dengan Program mereka Memurtadkan umat Islam sedunia!!!
    mari saudaraku jika Antum merasa Banyak ilmu….. mereka tanggung jawab kita…… selamatkan mereka…
    Semoha Allah bersama Rombongan Kabupaten Buol yang dikirim ke berbagai penjuru Negeri ini selepas Ijtima’ tanggal 30-31 mei 2014 dengan harta dan diri mereka korbankan demi terjaganya Kalimat syahadat di hati Orang muslim… dan tegaknya islam…
    siarkan islam pada mereka dengan metode dor to dor.. bukan hanya di mimbar….
    masyarakat pelosok tidak mengenal mimbar sauraku…….

  35. 47

    ABDUL GHOZIN said,

    semua saudara muslim hendalah ciptakan ukhwah islaM DAtang di markas dakwah mana salahnya semuaq MEMAKMURKAN MASJID MENGAJAK TAKLIM ISOLAT JAMAAH DAKWAH IHLAS AYOK KITA DUKUNG ASBAB JAMAAH TABLIGH BANYAK ORANG MASUK ISLAM KALAU GAK ADA JAMAAH INI UMAT ISLAM PUNAH

  36. 48

    Muhammad, husni said,

    Ya. Alloh takdirkan saya untuk hadir di ijtima Tongi di bangladesh Amiin


Comment RSS · TrackBack URI

Leave a reply to Basyir Cancel reply